Pasir
Berbisik
Produksi : Saito Production-Camila Internusa
Films-Christine Hakim Films
Sutradara : Nan Achnas
Produser : Shanty Harmana-Ueda MakotoHaris Lasmana
Christine Hakim
Cerita : Nan Achnas
Durasi : 106 menit
Pasir Berbisik ini adalah sebuah
film keluaran tahun 2001 yang mengisahkan kehidupan seorang gadis bernama Daya
yang tinggal bersama ibunya, Berlian yang hidup di daerah pesisir pantai yang
berpasir hitam di sebuah kawasan terasing. Ayah Daya, Agus pergi menghilang
entah kemana saat Daya masih kecil. Daya hidup di dalam ke sendirian dan
keterkungkungannya karena ibunya Berlian yang amat sayang padanya melarangnya
untuk berbicara dengan orang asing bahkan dengan wanita-wanita di sekitar
lingkungan mereka.
Daya yang kesepian, sering
membayangkan sosok ayahnya saat masih kecil dengan wayang-wayang yang biasa
dimainkan ayahnya. Dalam keanehannya, Daya tumbuh sebagai gadis yang introvert,
lugu dan polos memiliki kebiasaan yang aneh yaitu menempelkan telinganya di
atas pasir, seolah pasir itu berbisik kepadanya. Peran Daya yang dibawakan oleh
Dian Sastro ini juga berhasil dijiwai dengan cukup lancar oleh artis muda ini.
Berlian dan Daya hidup dengan
tenang, sampai suatu saat kondisi kampung mereka genting. Banyak terjadi
pembunuhan, penangkapan tanpa sebab yang jelas bahkan ada kabar bahwa
gubuk-gubuk di kampung mereka akan dibakar. Berlian yang sudah dibujuk adiknya
menolak untuk berpindah dari tempat tinggal mereka dengan harapan bahwa mereka
akan baik-baik saja di tanah mereka. Adik Berlian adalah Delima ,seorang penari
Jawa yang diperankan oleh Karlina Inawati dengan begitu luwes dan lemah
gemulai. Aktingnya sebagai seorang penari cukup baik, ditambah dengan sikapnya
yang menonjol terlihat oleh penonton adalah mudah beradaptasi dan biasa lari
dari masalah yang dihadapi.
Ternyata apa yang diharap tidak
terjadi, gubuk mereka dibakar, kampung mereka hancur luluh lantak. Dengan
membawa sisa harta benda mereka yang seadanya, mereka berdua harus berpindah ke
daerah lain. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan pria yang diperankan
oleh Dik Doank yang cukup baik memberikan mereka sebuah topeng kepada Daya yang
menurut kepercayaan dapat menghindarkan dari roh-roh jahat dan hantu-hantu
gurun. Daya dan Ibunya kemudian berjalan mengarungi gurun pasir untuk berpindah
ke daerah yang mereka sebut pasir putih. Ketika di tempat baru Daya bertemu
seorang sahabat baru bernama Sukma yang diperankan oleh Dessy Fitri. Daya dan
Berlian mulai meniti kehidupan mereka dengan gigih.
Keadaan mulai berubah saat Agus tiba-tiba
saja muncul kembali dalam kehidupan mereka.Walaupun ragu, Berlian dan Daya
mulai menerima kehadiran Agus dalam hidupnya. Agus bahkan berhasil
membahagiakan Daya yang rindu akan sosok ayah. Agus digambarkan sebagai sosok
ayah yang kurang bertanggung jawab dan sedikit egois. Agus yang diperankan oleh
pemeran kawakan, Slamet Rahardjo ini yang meski perannya tak terlalu menonjol
cukup membuat penonton menjadi membencinya karena beberapa saat setelah itu
Agus terlilit hutang dan ia rela membawa Daya pada lintah darat Suwito demi
melunasi hutang itu.
Didi Petet memerankan peran Suwito
dengan cukup meyakinkan. Sebagai seorang lintah darat yang bermata keranjang,
ia cukup membuat penonton jijik karena demi selera dan nafsu seksnya ia
menginginkan gadis yang usianya begitu muda untuk dinodai. Daya yang polos dan
lugu hanya bisa menuruti kemauan Suwito tanpa ia bisa memberontak, menerbitkan
rasa iba dan menyiratkan ketidakberdayaan seorang wanita.
Film bergenre drama ini hadir di
tahun 2001 membawa wacana baru bagi dunia perfilman dengan mengangkat tema
kehidupan sosial yang berasal dari realita masyarakat Jawa yang begitu kental
dan sarat akan budaya. Unsur budaya yang begitu terasa dalam pemakaian busana
tradisional seperti penggunaan kebaya, kain jarik, sarung, ikat kepala,
penggunaan konde serta gaya percakapan sehari-harinya yang meski menggunakan
bahasa indonesia sehari-hari masih tercampur bahasa Jawa yang sedikit medhok.
Selain itu juga terlihat dalam sarana wayang, topeng, dan tarian jawa sebagai
pelengkap dalam film ini. Beberapa kepercayaan jelas terlihat seperti budaya
mengambil pasir dari tanah asal dan disebarkan ke tanah yang baru dan juga
budaya untuk membangun rumah tidak menghadap arah angin.
Film yang mengambil setting di
perkampungan tepi pantai berpasir hitam, lalu berpindah ke gurun dan ke daerah
berpasir putih yang terletak di daerah Jawa Timur yang cukup menyajikan
panorama yang indah dibaur dengan keheningan alam yang masih begitu alami dan
menyajikan kesederhanaan tersendiri. Meskipun juga menampakkan suasana kering,
gersang yang tampak dalam ketiadaan hujan dan sedikitnya vegetasi yang ada.
Suasana disepanjang film terasa hening, mencekam, dan sepi didukung oleh
kondisi background alam dan musik yang begitu hening. Musik yang ada begitu
alami dan sederhana seperti deburan ombak, desisan pasir, dan bunyi alat musik
tiup yang merdu dan indah. Selain itu terdengar iringan gamelan jawa yang pelan
menciptakan suasana hening tersendiri. Terlihat juga didalam ketakutan akan
adanya pembunuhan, penangkapan, dan huru hara yang terjadi suasana tetap
mencekam dan penuh keheningan. Setting waktunya kurang lebih pada saat
terjadinya gejolak politik dimana terjadi penangkapan tanpa sebab, pembunuhan
dan huru hara dimana-mana bahkan di daerah pesisir pantai.
Film ini juga sarat akan makna dan
pelajaran hidup yang berarti. Antara lain adalah pentingnya keluarga, tanggung
jawab akan keluarga, kasih sayang terhadap anak, kerja keras. Pertama kita
diajarkan didalam hidup ini harus gigih, ulet, bekerja keras untuk bertahan dan
mensyukuri apa yang telah terjadi di dalam hidup kita. Didalam film ini disiratkan
bahwa sebagai orang tua kita hendaknya mengasihi, melindungi, dan bertanggung
jawab terhadap anak. Namun kita juga dianjurkan untuk tidak terlalu protektif
dan mengungkung kebebasan anak. Didalam konfliknya tersirat bahwa keluarga
adalah harta yang paling berharga, tidak sebanding apabila kehormatannya
ditukarkan hanya demi harta semata-mata. Selain itu pelajaran yang kita ambil
kita harus berpikir panjang sebelum bertindak seperti bahwa sebaiknya kita
jangan berhutang pada lintah darat.
Film ini patut untuk ditonton karena
didalamnya terkandung realita hidup masyarakat dengan budaya Jawa yang hidup
dalam kesederhanaan. Selain itu meski menonton film ini harus banyak berpikir,
film ini tetap istimewa karena mengandung amanat dan makna yang dalam dan
berarti.